Mendefinisikan Diri
Bagi saya, seni adalah suatu ungkapan perasaan yang masih sulit untuk saya kaji, ada jutaan misteri di balik seni yang tidak akan ada habisnya untuk didiskusikan. Saya adalah orang bodoh yang selalu kesulitan untuk mendefinisikan arti seni, bahkan saya selalu kesulitan untuk memahami diri saya sendiri. Tapi karena saya bodoh, maka saya belajar. Saya memiliki keinginan untuk mengetahui arti sejati dari seni, hal yang selalu saya cintai, namun tak pernah benar-benar saya ketahui.
Nama saya Raden Aji Soko Sukarno, almarhum ayah saya merupakan seniman yang bergelut di bidang seni musik dan seni rupa. Sejak kecil, saya sering melihat beliau melukis sambil bernyanyi, karena beliau lah saya jatuh cinta kepada seni. Saat saya masih kecil, saya mengira seni hanyalah sekedar guratan pensil di atas kertas atau cipratan cat di atas kanvas. Saat saya tumbuh remaja, saya mulai menyadari bahwasannya seni tidak sesempit itu, saya mempelajari kalau seni bahwasannya adalah ungkapan perasaan yang dapat dipancarkan lewat apa saja, entah itu lukisan, tarian, ukiran, nyanyian, sajak, dan masih banyak lagi. Ketika saya tumbuh dewasa, saya menyadari bahwa seni bukan hanya itu saja, saya menyedari bahwa alam semesta yang Tuhan ciptakan juga merupakan sebuah seni, semakin saya mempelajari apa itu seni, semakin saya merasa sangat bodoh di bidang seni itu sendiri, saya merasa bahwa saya belum mengetahui arti sejati dari seni itu sendiri.
Sejak kecil saya juga sudah menyukai seni, saya suka menggambar, bermain teater, dan bernyanyi. Saking cintanya dengan seni, saat saya masih di bangku SMP, saya pernah bersumpah untuk tidak akan berhenti berkarya. Jika kita berbicara tentang karya, tentunya suatu karya memiliki banyak sekali bidang, namun sebenarnya bidang yang sangat saya minati dari saya kecil adalah musik. Saya menciptakan lagu pertama saya saat saya berada di bangku SMP, lagu itu berjudul "Gadis Berkacamata Bundar", lagu yang saya ciptakan saat pertama kali saya jatuh cinta. Namun sayangnya, ketertarikan saya terhadap musik tidak disertai dengan keberadaan bakat, saya sama sekali tidak bakat bernyanyi. Saya sudah puluhan kali gagal mengikuti audisi sampai-sampai rasanya kegagalan sudah menjadi teman dekat saya.
Saya mencitai seni, tapi bukan berarti saya berbakat di bidang seni, baik itu menggambar dan bernyanyi, saya tidak berbakat sama sekali. Tadinya saya berpikir bakat hanyalah alasan bagi seorang pemalas untuk berleha-leha, tadinya saya berpikir semua orang akan memiliki bakat kalau mereka rajin dan berusaha keras. Namun realita menampar saya dengan kejam, seakan realita memberitahu saya bahwasannya menjadi rajin dan tekun belajar tidak akan membuat saya sukses di bidang seni. Ternyata bakat dan keberuntungan itu memang ada, namun tentunya itu tidak membuat saya berhenti berjalan.
Saat ini bidang yang sedang saya minati dan tekuni adalah YouTube, saya merintis kanal YouTube sejak tahun 2021. Kini kanal YouTube saya memiliki sekitar 7600 subscriber, jumlah yang masih sangat sedikit. Saya menyadari peluang untuk menjadi content creator di YouTube sangatlah menjanjikan, jika saya menekuninya selama beberapa tahun pasti akan menguntungkan, tadinya saya berpikir begitu. Namun ternyata menjadi YouTuber tidak semudah menjentikkan jari, ada banyak sekali bidang seni yang harus saya kuasi, di mulai dari seni desain yang mencangkup banyak hal seperti tipografi dan desain visual, seni untuk menulis, hingga seni untuk bermain peran.
Saya merasa DKV adalah program studi yang sangat tepat untuk minat saya, mengingat DKV mempelajari semua hal yang saya butuhkan untuk mengembangkan kanal YouTube saya. Mengembangkan kanal YouTube tentu memerlukan pengetahuan atau kajian seni rupa, seni rupa dapat diaplikasikan dalam banyak hal untuk kanal YouTube, mulai dari pembuatan thumbnail hingga pembuatan konten itu sendiri memerlukan seni rupa. Dengan mengikuti mata kuliah Kajian Seni Rupa dan Desain di prodi DKV, saya berharap saya bisa mendapatkan ilmu baru tentang seni rupa dan desain yang dapat memopor karier saya di YouTube.
Komentar
Posting Komentar